Selasa, 06 Mei 2014

Artikel bahasa indonesia

“Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar”

           Pada umumnya kita tidak menjumpai kesulitan ketika berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia. Dalam membaca buku, majalah, atau surat kabar, mungkin para mahasiswa menjumpai satu dua kata yang artinya belum diketahui dengan jelas, tetapi itu tidak menimbulkan kesulitan yang berarti bagi upaya pemahaman bacaan tersebut. Para mahasiswa pada umumnya sudah mampu berbahasa Indonesia.

            Apakah sesorang dapat dikatakan cukup mampu atau kurang mampu berbahasa Indonesia, hal ini ditentukan oleh tuntutan pekerjaan atau jabatannya. Penguasaan bahasa Indonesia seseorang mungkin sudah cukup untuk jabatan pramuniaga, tetapi belum cukup untuk juru tulis. Penguasaan bahasa Indonesia seseorang mungkin sudah cukup untuk pekerjaan sebagai juru penerang, tetapi belum cukup untuk seorang ilmuwan atau peneliti. Pekerjaan atau jabatan yang akan dipangku oleh para mahasiswa sesudah menamatkan pelajarannya, jelas menuntut penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Para tamatan perguruan tinggi, sebagai pemegang jabatan pimpinan pada berbagai lembaga pemerintahan atau swasta, sebagai ilmuan atau peneliti, harus memiliki penguasaan bahasa yang memadai.

            Di samping itu, dalam rangka penyelesaian studinya, penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar diperlukan oleh mahasiswa dalam penyusunan makalah, penulisan praskripsi atau skripsi. Kekurangan para mahasisiwa yang menonjol ialah penguasaan bahasa Indonesia yang lebih baik daripada sekedar untuk mendengarkan, membaca, atau berbicara.

            Pelajaran bahasa Indonesia di perguruan tinggi diperlukan agar para mahasiswa dapat mengerjakan tugas menyusun karya tulis dengan baik dan benar, serta memiliki tingkat penguasaan bahasa Indonesia yang memadai, sebagai mana yang dipersyaratkan oleh jabatan yang akan dipangkunya kelak setelah menamatkan pelajarannya.

            Ragam bahasa Indonesia yang lebih mudah dibeda – bedakan ialah ragam baku dan nonbaku. Bahasa Indonesia baku ialah ragam bahasa Indonesia yang formal. Yaitu bahasa Indonesia yang dituturkan dalam situasi resmi. Bahasa Indonesia hukum, bahasa Indonesia ekonomi, bahasa Indonesia yang digunakan sebagai bahasa pengantar di sekolah adalah bahasa Indonesia baku. Di samping bahasa Indonesia baku, ada bahasa Indonesia nanbaku. Bahasa Indonesia nonbaku ialah bahasa Indonesia yang digunakan dalam situasi tidak resmi misalnya bahsa Indonesia yang digunakan di pasar, bahasa yang digunakan dalam percakapan sehari – hari dalam situasi santai.  

            Pusat pembinaan dan pengembangan bahasa mengimbau agar kita berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Berbahasa Indonesia dengan baik artinya berbahasa Indonesia sesuai dengan situasi pemakaiannya. Dalam situasi resmi kita menggunakan bahasa Indonesia baku, sedang dalam situasi tidak resmi kita menggunakan bahasa Indonesia nonbaku yang biasa dipakai di daerah atau lingkungan masing – masing.
            Penggunaan bahasa Indonesia yang benar ialah penggunaan bahasa Indonesia yang manaati kaidah tata bahasa. Kalau soal baik dan tidak baik menyangkut kesesuaian dengan situasi, maka soal benar dan tidaknya menyangkut kesesuaian dengan kaidah bahasa. Sifat baik dan benar itu memang tidak selalu sejalan. Pemakian bahasa Indonesia yang baik mempunyai tingkat yang berbeda-beda dalam kesesuaiannya dengan kaidah.

Ciri – ciri ragam bahasa baku adalah sebagai berikut :
1.Penggunaan kaidah tata bahasa normatif. Misalnya dengan penerapan pola kalimat  yang baku: acara itu sedang kami ikuti dan bukan acara itu kami sedang ikuti.

2. Penggunaan kata-kata baku. Misalnya cantik sekali dan bukan cantik banget; uang dan bukan duit; serta tidak mudah dan bukan nggak gampang.

3. Penggunaan ejaan resmi dalam ragam tulis. Ejaan yang kini berlaku dalam bahasa Indonesia adalah ejaan yang disempurnakan (EYD). Bahasa baku harus mengikuti aturan ini.

4. Penggunaan lafal baku dalam ragam lisan. Meskipun hingga saat ini belum ada lafal baku yang sudah ditetapkan, secara umum dapat dikatakan bahwa lafal baku adalah lafal yang bebas dari ciri-ciri lafal dialek setempat atau bahasa daerah. Misalnya: /atap/ dan bukan /atep/; /habis/ dan bukan /abis/; serta /kalaw/ dan bukan /kalo/.

5. Penggunaan kalimat secara efektif. Di luar pendapat umum yang mengatakan bahwa bahasa Indonesia itu bertele-tele, bahasa baku sebenarnya mengharuskan komunikasi efektif: pesan pembicara atau penulis harus diterima oleh pendengar atau pembaca persis sesuai maksud aslinya.

Fungsi dari bahasa indonesia yaitu :
  • Alat Komunikasi , merupakan suatu sarana untuk menyampaikan pesan dari satu pihak ke pihak lainnya baik dalam berbicara dan penggunaan alat komunikasi lainnya
  • Merupakan suatu alat dalam mengekspresikan diri kita kepada orang lain dengan tujuan agar oranglain tersebut mengetahui siapa dan maksud keberadaan kita.
  • Sebagai Kontrol Sosial , merupakan suatu alat sendiri yang dapat dilakukan dalam melakukan kontrol terhadap lingkungan sekitar kita dan biasanya hal ini berupa ceramah atau dakwah dengan tujuan sikap dan perilaku mereka nantinya sesuai dan berperilaku secara baik.

           
     Berbahasa Indonesia yang baik adalah menggunakan bahasa Indonesia yang sesuai konteks (pembicaraan atau penulisan). Berbahasa Indonesia yang benar adalah menggunakan bahasa Indonesia yang sesuai dengan kaidah (tata bahasa) bahasa Indonesia.

     Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan norma kemasyarakatan yang berlaku. Misalnya, dalam situasi santai dan akrab, seperti di warung kopi, di pasar, di tempat arisan, dan di lapangan sepak bola hendaklah digunakan bahasa Indonesia yang santai dan akrab yang tidak terlalu terikat oleh patokan. Dalam situasi resmi dan formal, seperti dalam kuliah, dalam seminar, dalam sidang DPR, dan dalam pidato kenegaraan hendaklah digunakan bahasa Indonesia yang resmi dan formal, yang selalu memperhatikan norma bahasa.

        Bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan aturan atau kaidah bahas Indoneia yang berlaku. Kaidah bahasa Indonesia itu meliputi kaidah ejaan, kaidah pembentukan kata, kaidah penyusunan kalimat, kaidah penyusunan paragraf, dan kaidah penataan penalaran. Jika kaidah ejaan digunakan dengan cermat, kaidah pembentukan kata ditaati dengan konsisten, pemakaian bahasa Indonesia dikatakan benar. Sebaliknya, jika kaidah-kaidah bahasa itu kurang ditaati, pemakaian bahasa tersebut dianggap tidak benar/tidak baku.

       Oleh karena itu, kaidah yang mengatur pemakaian bahasa itu meliputi kaidah pembentukan kata, pemilihan kata, penyusunan kalimat, pembentukan paragraf, penataan penalran, serta penerapan ejaan yang disempurnakan.

Contoh Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar:

Misalkan dalam pertanyaan sehari-hari dengan menggunakan bahasa yang baku
* Ketika dalam dialog antara seorang Guru dengan seorang murid
Pak guru : Rino apakah kamu sudah mengerjakan PR?
Rino : sudah saya kerjakan pak.
Pak guru : baiklah kalau begitu, segera dikumpulkan.
Rino : Terima kasih Pak , akan segera saya kumpulkan.
Bahasa yang benar adalah bahasa yang sesuai  dengan kaidah bahasa baku, baik kaidah untuk bahasa baku tertulis maupun bahasa baku lisan.

            “Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar” dapat diartikan sebagai pemakaian kata-kata dalam ragam bahasa yang serasi dan selaras dengan sasaran atau tujuannya dan yang terlebih penting lagi adalah mengikuti kaidah bahasa yang baik dan benar. Pernyataan “bahasa Indonesia yang baik dan benar” mengacu pada ragam bahasa yang dimana memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran. Bahasa yang diucapkan biasanya adalah dalam bentuk bahasa yang baku.

            Menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar mempunyai beberapa konsekuensi logis terkait dengan pemakaiannya yang sesuai dengan situasi dan kondisi. Pada suatu kondisi tertentu, yaitu pada situasi formal, penggunaan bahasa Indonesia yang benar menjadi pilihan atau prioritas utama dalam berbahasa. Seperti sudah saya jelaskan tadi, penggunaan bahasa seperti ini sering menggunakan bahasa baku. Masalah yang harus dihindari dalam pemakaian bahasa baku antara lain adalah disebabkan oleh adanya gejala bahasa seperti interferensi, integrasi, campur kode, alih kode dan bahasa gaul yang tanpa kita sadari sering digunakan dalam komunikasi resmi. Hal seperti ini mengakibatkan bahasa yang digunakan menjadi tidak sesuai dan tidak baik.

Kesimpulan :

Dalam uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang dalam penggunaannya sesuai dengan kaidah tata bahasa. Kaidah bahasa yaitu kaidah bahasa Indonesia baku atau yang dianggap baku. Oleh karena itu, kita sebagai warga negara Indonesia dianjurkan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam situasi resmi maupun kehidupan sehari-hari. Namun masih minimnya pengetahuan tentang bagaiman bahasa Indonesia yang baik dan benar, sehingga masih banyak yang tidak menggunakan nya secara tidak tepat. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar itu perlu dilestarikan oleh penduduk indonesia itu sendiri, dan penggunaan bahasa Indonesia itu pun harus sesuai dengan situasi, tempat, dan keadaan ketika kita berkomunikasi, dan pemilihan kata yang tepat ketika berkomunikasi dengan orang lain demi mengurangi terjadi perbedaan pemahaman dan menyakiti hati lawan bicara kita. Berdasarkan data-data dan fakta dilapangan menunjukkan masih banyak orang-orang tidak memahami pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah yang benar. Jadi dilhat dari fungsinya bahasa merupakan jantung dari kehidupan ini karena tanpa bahasa kita tidak akan bisa berinteraksi sesama yang lain. Maka dari itu kita sebagai warga negara Indonesia harus bisa menjaga keaslian berbahasa Indonesia yang baik dan benar, karena dipandangnya suatu bangsa itu tidak lepas dari bagaimana kita menggunakan basaha yang dapat dipahami atau mudah dimengerti oleh bangsa lain.

Referensi :
http://hanyasekedarblogg.blogspot.com/2013/05/penggunaan-bahasa-indonesia-yang-baik.html


PARAGRAF INDUKTIF


            Paragraf Induktif adalah paragraf yang diawali dengan menjelaskan permasalahan-permasalahan khusus (mengandung pembuktian dan contoh-contoh fakta) yang diakhiri dengan kesimpulan yang berupa pernyataan umum. Paragraf yang berpola dari khusus ke umum, artinya paragraf yang diawali dengan beberapa kalimat penjelas kemudian ditarik kesimpulan yang berupa umum. Sehingga kalimat utamanya terdapat di akhir paragraf. Paragraf induktif terdiri dari yakni paragraf generalisasi, paragraf analogi, paragraf sebab akibat bisa juga akibat sebab.

Adapun ciri-ciri paragraf induktif Sebagai Berikut :
·         Terlebih dahulu menyebutkan peristiwa-peristiwa khusus
·         Kemudian, menarik kesimpulan berdasarkan peristiwa-peristiwa khusus
·         Kesimpulan terdapat di akhir paragraph
·         Menemukan Kalimat Utama, Gagasan Utama, Kalimat Penjelas
·         Kalimat utama paragraf induktif terletak di akhir paragraph
·         Gagasan Utama terdapat pada kalimat utama
·         Kalimat penjelas terletak sebelum kalimat utama, yakni yang mengungkapkan peristiwa-peristiwa khusus
·         Kalimat penjelas merupakan kalimat yang mendukung gagasan utama.

Contoh Paragraf induktif :

            Pada era persaingan dunia kerja yang semakin kompetitif seperti saat ini. Seseorang yang menguasai Bahasa Inggris otomatis akan memiliki peluang yang lebih besar di dunia kerja. Sebaliknya, orang yang tidak memiliki kemampuan Bahasa Inggris peluangnya akan semakin kecil untuk memasuki dunia kerja khususnya untuk dapat diterima sebagai karyawan. Itulah kenapa penguasaan Bahasa Inggris sangat diperlukan untuk menambah kompetensi di dunia kerja.
Keterangan: Paragraf utama terletak di akhir paragraf.

Analogi 
          Pola penyusunan paragraf berupa perbandingan dari dua hal yang mempunyai sifat sama.
Pengembangan paragraf secara analogi ini didasarkan adanya anggapan bahwa jika sudah ada persamaan dalam berbagai segi maka akan ada persamaan pula dalam hal yang lain.

Contoh Paragraf Analogi :

            Hidup manusia ibarat roda yang terus berputar. Kadang berada di atas dan kadang berada di bawah. Saat mereka berada di atas mereka bisa mendapatkan apapun yang mereka inginkan, tapi sebaliknya ketika mereka berada di bawah sulit sekali untuk meraih keinginan yang mereka dambakan. Ada kalanya bagi mereka yang sedang berada diatas janganlah bersikap sombong dan ingatlah bahwa kesuksesan tersebut hanya bersifat sementara. Dan bagi mereka yang berada di bawah, janganlah berputus asa. Karena masih banyak cara untuk mendapatkan kesuksesan tersebut yaitu dengan berusaha dan berdoa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar