Minggu, 01 Desember 2013

Indina Tarziah
2EB24
23212683

Tugas II Ekonomi Koperasi (Kasus koperasi)

APEC Tak Berdampak bagi Kemajuan Koperasi RI?

JAKARTA, KOMPAS.com — Lembaga Studi Pengembangan Perkoperasian Indonesia (LSP2I) memandang pesimistis kontribusi Forum Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) terhadap pembangunan ekonomi inklusi versi koperasi.

Pengamat LSP2I, Ilham Nasai, mengatakan, APEC Summit 2013 kurang membawa manfaat lantaran Indonesia hanya dijadikan sebagai obyek pelaku usaha perdagangan. Hal itu disebabkan inkonsistensi pemerintah ketika menyetujui traktat APEC yang tidak ditindaklanjuti di level mikro seperti koperasi.

“Saya melihat pemerintah lebih ramah dan membuka tangan kepada asing dibanding pelaku usaha di sektor domestik,” ungkap Ilham mengawali diskusi bertajuk “Menimbang Dampak APEC bagi Koperasi Indonesia” di Jakarta, Senin (7/10/2013).

Salah satu yang menjadi kecemasan koperasi adalah kecenderungan deregulasi penurunantarif bea masuk. Ilham menengarai hal tersebut dapat mendesak produk-produk domestik termasuk koperasi untuk secara terbuka bersaing dengan korporasi multinasional.

Jumlah koperasi yang tak lebih dari 193.000 badan usaha bisa merosot, tutup, lantaran tak mampu bersaing langsung dengan megakorporasi asing. Sayangnya, Ilham tidak menyebutkan data-data di mana forum kerja sama tersebut dapat menekan koperasi.

Yang jelas, sambung dia, salah satu indikatornya, selama ini tidak ada satu pun koperasi yang bisa menjadi pelaku ekspor. Kalaupun ada sektor ekonomi kerakyatan yang bisa melakukan kegiatan ekspor, seperti contoh pertanian, itu bukanlah berbadan hukum koperasi, melainkan swasta.

Begitu pula dengan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Menurut Ilham, meski ekonomi kreatif mampu mengembangkan bisnis sampai ekspor, itu pun belum cukup menunjukkan kemajuan koperasi.

“Di industri kreatif tidak didorong kolektivisme. Jadi walaupun ekonomi kerakyatan dan bisa mengekspor, tidak ada semangat koperasi. Pemerintah juga mengarahkan industri kreatif menjadi sektor yang individualistis,” sebutnya.

Ini dikuatkan dengan angka yang disebut pembicara lain, Dani Setiawan, yakni porsi volume usaha koperasi yang hanya Rp 119 triliun, atau hanya 1,2 persen dari total volume transaksi 2012.

Dari sini Dani menilai, perekonomian Indonesia masih dikuasai oleh korporasi besar, yang sebagian besarnya pun dimiliki oleh asing.

“Kegiatan APEC sebenarnya tidak sedang membicarakan sektor koperasi ini, di mana koperasi menjadi arah pembangunan ekonomi. APEC hanya memfasilitasi kepentingan multinasional dari 1.200 CEO yang sedang berkumpul itu,” sambung Dani.


Analisis :

Menurut saya setelah membaca kasus koperasi tersebut,APEC 2013 yang di selenggarakan beberapa waktu lalu di bali, Indonesia yang menghadirkan 21 pemimpin Negara dan 1200 CEO dunia untuk membuka perdagangan bebas. Hal ini akan semakin menurunkan daya saing Indonesia di tengah desakan pembukaan pasar bebas di kawasan asia pasifik, ini akan mencederai semangat rakyat Indonesia yang tengah bangkit membangun ekonomi alternatif yang berasas solidaritas UMKM dan koperasi yang belum mendapat perhatian khusus dari pemerintah Indonesia.

Pemerintah pun lebih ramah dan membuka tangan kepada asing dibanding pelaku usaha di sektor domestik. Ketika penurunan tarif bea masuk itu akan menjadi kecemasan koperasi hal tersebut dapat mendesak produk-produk domestik termasuk koperasi untuk secara terbuka bersaing dengan korporasi multinasional. Jumlah koperasi yang ada di indonesia bisa merosot, bahkan tutup, lantaran tak mampu bersaing langsung dengan megakorporasi asing.

Sampai saat ini tidak ada koperasi yang bisa menjadi pelaku ekspor. Saat sektor pariwisata dan ekonomi kreatif mampu mengembangkan bisnis sampai ekspor, itu pun belum cukup menunjukkan kemajuan koperasi. Peran pemerintah sangat penting dalam memajukan koperasi di Indonesia dengan pengawasan yang baik dan masyarakat turut beperan aktif dalam pengembangan koperasi.

Koperasi di Indonesia masih bisa bersaing secara global bila dikelola dengan baik dan professional. Koperasi harus dibangun dari sumber yang tepat baik pendanaannya maupun entitas. Media massa turut berperan aktif menyosialisasikan perkembangan dan kemajuan koperasi di tanah air untuk mensejahterakan rakyat.