TUGAS
2 SOFTSKILL ETIKA PROFESI AKUNTANSI
Nama
: Indina Tarziah
NPM : 23212683
Kelas : 4EB24
Perilaku
Etika Dalam Bisnis
1.
Lingkungan bisnis yang mempengaruhi Perilaku Etika
Memaksimalkan keuntungan merupakan satu-satunya tujuan
bagi sebuah perusahaan. Akan tetapi. karena yang diincar adalah keuntungan,
mudah sekali terjadi penyimpangan terhadap norma-norma moral. Mudah sekali
orang tergoda untuk menempuh jalan pintas dalam meningkatkan keuntungan. Namun
semakin disadari bahwa godaan itu membawa risiko besar yang akan menjadi bom
waktu yang akan menghancurkan perusahaan pada jangka panjang. Dalam hal ini
peran manajer sangat penting dalam mengambil keputusan-keputusan bisnis secara
etis. Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap perilaku etika dalam
bisnis yaitu :
1. Lingkungan Bisnis
Seringkali para
eksekutif perusahaan dihadapkan pada suatu dilema yang menekannya, seperti
misalnya harus mengejar kuota penjualan, menekan biaya, peningkatan efisiensi
dan bersaing, Dipihak lain eksekutif perusahaan juga harus bertanggung jawab
terhadap masyarakat agar kualitas barang terjaga, harga barang terjangkau.
Disini nampak terdapat dua hal yang bertentangan harus dijalankan. Misalnya,
menekan biaya dan efisiensi tetapi harus tetap meningkatkan kualitas produk.
Oleh karena itu eksekutif perusahaan harus pandai mengambil keputusan etis yang
tidak merugikan perusahaan.
2. Organisasi
Secara umum,
anggota organisasi itu sendiri saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya.
Dilain pihak organisasi terhadap individu harus tetap berprilaku etis, misalnya
masalah pengupahan, jam kerja maksimum.
3. Individu
Seseorang yang
memiliki filosofi moral, dalam bekerja dan berinteraksi dengan sesama akan
berprilaku etis. Prinsip-prinsip yang diterima secara umum dapat dipelajari
dari interaksi dengan teman, famili, dan kenalan. Dalam bekerja, individu harus
memiliki tanggung jawab moral terhadap hasil pekerjaannya yang menjaga
kehormatan profesinya. Bahkan beberapa profesi memiliki kode etik tertentu
dalam pekerjaannya.
2.
Kesaling - tergantungan antara bisnis dan masyarakat
Bisnis melibatkan hubungan ekonomi
dengan banyak kelompok orang yaitu pelanggan, tenaga kerja, stockholders,
suppliers, pesaing, pemerintah dan komunitas. Oleh karena itu para pebisnis
harus mempertimbangkan semua bagian dari stakeholders dan bukan hanya
stockholdernya saja. Pelanggan, penyalur, pesaing, tenaga kerja, dan bahkan
pemegang saham adalah pihak yang sering berperan untuk keberhasilan dalam
berbisnis.
Sebagai bagian dari
masyarakat, tentu bisnis tunduk pada norma-norma yang ada pada masyarakat. Tata
hubungan bisnis dan masyarakat yang tidak bisa dipisahkan itu membawa serta
etika-etika tertentu dalam kegiatan bisnisnya, baik etika antara sesama pelaku
bisnis maupun etika terhadap masyarakat dalam hubungan langsung maupun tidak
langsung. Dengan memetakan pola hubungan dalam bisnis seperti itu dapat dilihat
bahwa prinsip-prinsip etika bisnis terwujud dalam satu pola hubungan yang
bersifat interaktif. Hubungan ini tidak hanya dalam satu negara, tetapi
meliputi berbagai negara yang terintegrasi dalam hubungan perdagangan dunia.
Pelaku bisnis
dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya dalam bentuk
"uang " dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan dengan
mengembangkan dan memanifestasikan sikap tanggung jawab terhadap masyarakat
sekitarnya. Tanggung jawab sosial bisa dalam bentuk kepedulian terhadap
masyarakat, terutama dalam hal pendidikan, kesehatan, pemberian pelatihan
keterampilan, dan lain sebagainya. Etika bisnis merupakan penerapan tanggung
jawab sosial suatu bisnis yang timbul dari dalam perusahaan itu sendiri.
Seperti halnya manusia pribadi juga memiliki etika pergaulan antar manusia,
maka pergaulan bisnis dengan masyarakat umum juga memiliki etika pergaulan
yaitu etika pergaulan bisnis. Etika pergaulan bisnis dapat meliputi beberapa
hal antara lain adalah :
1. Hubungan antara bisnis dengan langganan/konsumen
Hubungan antara bisnis dengan langganannya merupakan hubungan yang paling
banyak dilakukan. Oleh karena itu bisnis haruslah menjaga etika pergaulannya
secara baik. Adapun pergaulannya dengan langganan disini yaitu seperti
pemberian servis atau garansi, memberikan penjelasan mengenai produk,
dll.
2. Hubungan dengan karyawan
Manajer yang pada
umumnya selalu berpandangan untuk memajukan bisnisnya sering kali harus
berurusan dengan etika pergaulan dengan karyawan. Pergaulan bisnis dengan
karyawan ini meliputi beberapa hal yaitu Penarikan, Latihan, Promosi atau
kenaikan pangkat, Tranfer, Demosi atau penurunan pangkat. maupun Pemecatan/PHK.
Didalam menarik tenaga kerja haruslah dijaga adanya penerimaan yang jujur
sesuai dengan hasil seleksi yang telah dijalankan. Sering kali terjadi hasil
seleksi tidak diperhatikan akan tetapi yang diterima adalah peserta yang
berasal dari anggota keluarga sendiri.
3. Hubungan antar bisnis
Hubungan ini
merupakan hubungan antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain. Hal
ini bisa terjadi hubungan antara perusahaan dengan para pesaing, grosir,
pengecer, agen maupun distributor. Dalam kegiatan sehari-hari tentang hubungan
tersebut sering terjadi benturan-benturan kepentingan antara keduanya. Dalam
hubungan ini tidak jarang dituntut adanya etika pergaulan bisnis yang baik.
4. Hubungan dengan investor
Perusahaan yang
berbentuk Perseroan Terbatas dan terutama yang akan atau telah "go
public" harus menjaga pemberian informasi yang baik dan jujur dari
bisnisnya kepada para investor. Informasi yang tidak jujur akan menjerumuskan
para investor untuk mengambil keputusan investasi yang keliru. Jangan sampai
terjadi adanya manipulasi atau penipuan terhadap informasi tentang prospek
perusahaan tersebut.
5. Hubungan dengan lembaga-lembaga keuangan
Hubungan dengan
lembaga-lembaga keuangan terutama pajak pada umumnya merupakan hubungan
pergaulan yang bersifat finansial. Hubungan ini merupakan hubungan yang
berkaitan dengan penyusunan laporan keuangan. Laporan finansial tersebut
haruslah disusun secara baik dan benar sehingga tidak terjadi kecendrungan
kearah penggelapan pajak atau sebagainya. Keadaan tersebut merupakan etika
pergaulan bisnis yang tidak baik.
3.
Kepedulian pelaku bisnis terhadap etika
Para pelaku bisnis diharapkan dapat mengaplikasikan
etika bisnis dalam menjalankan usahanya. Dengan adanya etika bisnis yang baik
dari suatu usaham maka akan memberikan suatu nilai positif untuk perusahaannya.
Hal ini sangatlah penting dami meningkatkan ataupun melindungi reputasi
perusahaan tersebut sehingga bisnis yang dijalankan dapat berjalan dengan baik,
bahkan dapat meningkatkan cangkupan bisnis yang terkait. Dalam menciptakan
etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain adalah :
a. Pengendalian diri
Pelaku-pelaku bisnis dan pihak yang
terkait mampu mengendalikan diri mereka masing-masing untuk tidak memperoleh
apapun dari siapapun dan dalam bentuk apapun. Disamping itu, pelaku bisnis
sendiri tidak mendapatkan keuntungan dengan jalan main curang dan menekan pihak
lain.
b. Pengembangan Tanggung Jawab Sosial
Pelaku bisnis harus mampu
mengembangkan dan memanifestasikan sikap tanggung jawab masyarakat sekitarnya.
Tanggung jawab sosial bisa dalam bentuk kepedulian terhadap masyarakat,
terutama dalam hal pendidikan, kesehatan, pemberian pelatihan keterampilan, dan
lain sebagainya.
c. Mempertahankan Jati Diri dan tidak mudah
terombang-ambing oleh pesatnya perkembangan TI
Bukan berarti etika bisnis anti
pekembangan informasi dan terknologi, tetapi informasi dan teknologi itu harus
dimanfaatkan untuk kepentingan kepedulian bagi golongan yang lemah dan tidak
kehilangan budaya yang dimiliki akibat adanya tranformasi informasi dan
teknologi.
d. Menciptakan persaingan yang sehat
Persaingan dalam dunia bisnis perlu
untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas, tetapi persaingan tersebut tidak
mematikan yang lemah, dan sebaliknya harus terdapat jalinan yang erat antara
pelaku bisnis besar dan golongan menengah kebawah, sehingga dengan
perkembangannya perusahaan besar mampu memberikan spread effect terhadap
perkembangan sekitarnya.
e. Menerapkan konsep "pembangunan berkelanjutan"
Dunia bisnis seharusnya tidak
memikirkan keuntungan hanya pada saat sekarang, tetapi perlu memikirkan
bagaimana dengan keadaan dimasa mendatang.
f. Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi, dan Komisi)
Jika pelaku bisnis sudah mampu menghindari sikap seperti ini, kita yakin tidak akan terjadi lagi apa yang dinamakan dengan korupsi, manipulasi dan segala bentuk permainan curang dalam dunia bisnis ataupun berbagai kasus yang mencemarkan nama bangsa dan negara.
g. Mampu menyatakan yang benar itu benar
h. Menumbuhkan sikap saling percaya
Untuk menciptakan kondisi bisnis yang
"kondusif" harus ada saling percaya antara golongan pengusaha kuat
dengan golongan pengusaha lemah agar pengusaha lemah mampu berkembang bersama
dengan pengusaha lainnya yang sudah besar dan mapan.
i. Konsekuen dan Konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama.
i. Konsekuen dan Konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama.
4.
Perkembangan dalam etika bisnis
Menurut K. Berten dalam
buku nya Pengantar Etika Bisnis, perkembangan etika bisnis di bagi menjadi 5
periode yaitu :
1.
Situasi Dahulu
Pada
awal sejarah filsafat, plato, Aristoteles, dan filsuf-filsuf Yunani lain
menyelidiki bagaimana sebaiknya mengatur kehidupan manusia bersama dalam negara
dan dalam konteks itu mereka membahas juga bagaimana kehidupan ekonomi dan
kegiatan niaga harus diatur.
2.
Masa Peralihan: tahun
1960-an
Dalam tahun 1960-an terjadi perkembangan baru yang
bisa dilihat sebagai persiapan langsung bagi timbulnya etika bisnis dalam
dekade berikutnya. Dasawarsa 1960-an ini di Amerika Serikat ditandai oleh pemberontakan
terhadap kuasa dan otoritas, revolusi mahasiswa, penolakan terhadap
establishment. hal ini memberi perhatian pada dunia pendidikan khususnya
manajemen, yaitu dengan menambahkan mata kuliah baru dengan nama Business and
Society.
3.
Etika Bisnis lahir di
Amerika Serikat: tahun 1970-an
Etika bisnis sebagai suatu bidang intelektual dan
akademis dengan identitas sendiri mulai terbentuk di Amerika Serikat sejak
tahun 1970-an. Sejumlah filsuf mulai terlibat dalam memikirkan masalah-masalah
etis sekitar bisnis, dan etika bisnis dianggap sebagai suatu tanggapan tepat
atas krisis moral yang sedang meliputi dunia bisnis di Amerika Serikat.
4.
Etika Bisnis meluas ke
Eropa: tahun 1980-an
Di Eropa Barat etika bisnis sebagai ilmu baru mulai
berkembang sepuluh tahun kemudian. Pada tahun 1987 didirikan European Business
Ethics Network (EBEN) yang bertujuan menjadi forum pertemuan antara akademis
dari universitas serta sekolah bisnis, para pengusaha dan wakil-wakil dari
organisasi nasional dan internasional.
5.
Etika Bisnis menjadi
fenomena global: tahun 1990-an
Dalam dekade 1990-an etika bisnis tidak terbatas lagi
pada dunia barat.Tanda bukti terakhir bagi sifat global etika bisnis adalah
didirikannya International Society for Business, Economics, and Ethics (ISBEE)
di Tokyo pada 25-28 Juli 1996.
5.
Etika bisnis dan Akuntan
Profesi Akuntan publik bisa dikatakan sebagai salah
satu profesi kunci di era globalisasi untuk mewujudkan era transparansi bisnis
yang fair, oleh karena itu kesiapan yang menyangkut profesionalisme
mensyaratkan tiga hal utama yang harus dipunyai oleh setiap anggota profesi
yaitu : keahlian, berpengetahuan dan berkarakter. Karakter menunjukan
personality seorang profesional yang diantaranya diwujudkan dalam sikap dan
tindakan etisnya. Sikap dan tindakan etin akuntan publik akan sangat menentukan
posisinya di masyarakat pemakai jasa profesionalnya. Profesi juga dapat
dirumuskan sebagai pekerjaan yang dilakukan untuk mendapatkan nafkah hidup
dengan mengandalkan keahlian dan keterampilan yang tinggi serta dengan
melibatkan komitmen pribadi yang mendalam. Untuk menegakkan akuntansi sebagai
sebuah profesi yang etis, dibutuhkan etika profesi dalam mengatur kegiatan
profesinya. Etika profesi itu sendiri, dalam kerangka etika merupakan bagian
dari etika sosial. Karena etika profesi menyangkut etika sosial, berarti profesi
(dalam hal ini profesi akuntansi) dalam kegiatannya pasti berhubungan dengan
orang/pihak lain (publik). Dalam menjaga hubungan baik dengan pihak lain
tersebut akuntan haruslah dapat menjaga kepercayaan publik.
Dalam kenyataannya, banyak akuntan yang tidak memahami
kode etik profesinya sehingga dalam prakteknya mereka banyak melanggar kode
etik. Hal ini menyebabkan menurunnya tingkat kepercayaan publik terhadap
profesi akuntansi. Kondisi ini diperburuk dengan adanya perilaku beberapa
akuntan yang sengaja melanggar kode etik profesinya demi memenuhi kepentingan
mereka sendiri.
Dalam menjalankan profesinya seorang akuntan di
Indonesia diatur oleh suatu kode etik profesi dengan nama kode etik Ikatan
Akuntan Indonesia. Kode etik Ikatan Akuntan Indonesia merupakan tatanan etika
dan prinsip moral yang memberikan pedoman kepada akuntan untuk berhubungan
dengan klien, sesama anggota profesi dan juga dengan masyarakat. Selain dengan
kode etik akuntan juga merupakan alat atau sarana untuk klien, pemakai laporan keuangan
atau masyarakat pada umumnya, tentang kualitas atau mutu jasa yang diberikannya
karena melalui serangkaian pertimbangan etika sebagaimana yang diatur dalam
kode etik profesi.
Contoh Kasus :
4 Jurus Hadapi Pengembang "Nakal"
Rabu, 21 Oktober 2015
| 06:17 WIB
KOMPAS.com – Ada beberapa hal perlu dipertimbangkan saat memutuskan hendak berinvestasi properti. Riwayat pengembang adalah salah satunya. Harapan menuai untung investasi dari properti bisa seketika berubah menjadi buntung bila sampai bertemu pengembang "nakal".
Istilah pengembang "nakal" dipakai untuk menyebut pengembang yang melanggar etika profesi terapan Asosiasi perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (APERSI). Asosiasi tersebut merupakan wadah bagi para pengembang berkumpul.
Bentuk pelanggaran
bisa beragam. Wujudnya mulai dari melanggar AD/ART APERSI hingga ingkar janji
ketika memasarkan produk, memberi iklan palsu di brosur, atau fasilitas dalam
perjanjian tidak dibuat sehingga merugikan investor.
"Biasanya kami
menerima laporan atau pengaduan dari DPD atau calon konsumen," ujar Ketua
DPP APERSI Eddy Ganefo, seperti dikutip dariKompas.com, Minggu
(2/2/2014).
Eddu pun meminta para calon investor meningkatkan kewaspadaannya terhadap para pengembang "nakal" tersebut. Soal prosedur penanganan pelanggaran, papar Eddy, organisasinya bisa mengeluarkan pengembang dari keanggotaan bila "kenakalannya" terbukti.
Namun, dia juga mengaku pernah mendapat keluhan dari calon pembeli properti yang tak butuh waktu lama dan segera diperbaiki pengembang begitu APERSI mengeluarkan surat peringatan.
Eddu pun meminta para calon investor meningkatkan kewaspadaannya terhadap para pengembang "nakal" tersebut. Soal prosedur penanganan pelanggaran, papar Eddy, organisasinya bisa mengeluarkan pengembang dari keanggotaan bila "kenakalannya" terbukti.
Namun, dia juga mengaku pernah mendapat keluhan dari calon pembeli properti yang tak butuh waktu lama dan segera diperbaiki pengembang begitu APERSI mengeluarkan surat peringatan.
Agar terhindar dari
rayuan pengembang nakal, calon investor atau pembeli harus mempertimbangkan
pilihannya dengan teliti. Berikut ini sejumlah jurus yang bisa dijalankan:
1. Informasi
Pengembang menjadi
"nakal" atau melanggar etika profesi ditengarai bukan hanya soal
citra dan perilaku, melainkan bisa juga karena konsumen tidak memiliki
informasi dan pengetahuan yang cukup atau memahami aturan hukum bertransaksi
properti.
Untuk itu, kecermatan mengumpulkan data dan menambah pengetahuan mengenai investasi properti merupakan modal penting bagi calon investor.
Untuk itu, kecermatan mengumpulkan data dan menambah pengetahuan mengenai investasi properti merupakan modal penting bagi calon investor.
2. Rekam jejak
Performa, reputasi,
dan rekam jejak pengembang menjadi hal penting investor sebelum memutuskan
berinvestasi properti. Bagaimanapun investasi ke properti melibatkan sejumlah
dana yang tak sedikit.
Bila tidak memiliki
banyak pengetahuan, rekam jejak pengembang dapat dilihat dari jaringan usaha
dari pengembang tersebut. Pengelola dengan reputasi baik biasanya
mempunyai jaminan kesuksesan memasarkan properti dan menaikkan nilai investasi
di masa depan.
Satu lagi, jangan
sekali-sekali tergiur gambar ilustrasi dalam brosur. Pastikan saja, sarana dan
prasarana yang dijanjikan memang benar-benar tersedia.
Cermati pula cara pengembang memperlakukan pembeli, mulai dari sebelum transaksi, sesudah transaksi, hingga konsumen menghuni properti.
Cermati pula cara pengembang memperlakukan pembeli, mulai dari sebelum transaksi, sesudah transaksi, hingga konsumen menghuni properti.
3. Rayuan
Hal lain yang harus
diwaspadai adalah rayuan marketing pengembang saat menawarkan properti tersebut.
Jangan mudah terbujuk penawaran yang dilakukannya.
Bila benar tertarik dengan tawaran yang disodorkan, tahan keputusan hingga setelah beberapa kali pertemuan, untuk memastikan konsistensi dan kebenaran penawaran itu. (Baca: Hindari "Sunset Area" untuk Investasi Apartemen, Pilih "Sunrise Area"!)
Bila benar tertarik dengan tawaran yang disodorkan, tahan keputusan hingga setelah beberapa kali pertemuan, untuk memastikan konsistensi dan kebenaran penawaran itu. (Baca: Hindari "Sunset Area" untuk Investasi Apartemen, Pilih "Sunrise Area"!)
Marketing properti
pintar bermain kata. Contoh mudahnya, penyebutan "apartemen" dan
"rusun". Keduanya sama-sama hunian vertikal hanya segmentasinya
berbeda.
Penyebutan "apartemen" tidak akan ada artinya jika gedung Anda terlalu padat dan hanya punya satu elevator untuk melayani ribuan penghuni gedung tersebut.
Penyebutan "apartemen" tidak akan ada artinya jika gedung Anda terlalu padat dan hanya punya satu elevator untuk melayani ribuan penghuni gedung tersebut.
4. Pertambahan nilai
Desain besar dan
rencana pembangunan juga harus menjadi hal yang diperhatikan sebelum
berinvestasi ke properti. Dari data ini, bisa dibuat prediksi untuk lima atau
sepuluh tahun mendatang terkait prospek properti yang dibeli.
Biasanya, akses, infrastruktur, dan fasilitas sudah tertera dalam rencana pembangunan. Anda juga bisa memprediksinya dengan melihat pertumbuhan dan potensi bisnis di kawasan properti itu berlokasi.
Pertambahan nilai
properti tersebut di masa depan tetap menjadi faktor yang layak dipertimbangkan
ketika hendak berinvestasi properti. Proyeksi bisa disusun berdasarkan sarana
dan prasarana, fasilitas, dan akses ke wilayah strategis.
Referensi
:
Buku Keprihatinan
Moral ; K.Bertens
Buku
Pengantar Etika Bisnis; K. Bertens
http://adistipamula.blogspot.com/2013/10/perilaku-etika-dalam-bisnis.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Etika_bisnis
http://igamuhammad.blogspot.co.id/2013/10/perilaku-etika-dalam-bisnis.html
http://properti.kompas.com/read/2015/10/21/061732721/4.Jurus.Hadapi.Pengembang.Nakal.
Casinos in Canada 2021-2022 - GoOmans
BalasHapusCasinos in Canada 2021-2022 · Casinos at Casinos 바카라 사이트 in Canada. https://vannienailor4166blog.blogspot.com/ Learn about 토토 사이트 online 바카라사이트 casinos in Canada, including casino list for 2021. poormansguidetocasinogambling